
Sumber: antaranews.com
Pojok Kini – Tentara Lebanon mengungkapkan bahwa agresi Israel yang terus berlanjut telah menimbulkan ancaman serius terhadap stabilitas negara serta berdampak negatif pada keamanan kawasan. Pernyataan ini disampaikan pada Kamis (7/3), di mana Israel disebut masih melakukan serangan melalui berbagai jalur, baik darat, laut, maupun udara.
Dalam laporan yang dirilis, militer Lebanon menegaskan bahwa serangan terbaru Israel telah menyasar warga sipil di wilayah selatan serta daerah Bekaa yang terletak di timur negara tersebut. Selain itu, pendudukan Israel di wilayah Lebanon masih terus berlangsung, ditambah dengan pelanggaran berulang terhadap perbatasan darat.
Lebih lanjut, tentara Lebanon menyatakan bahwa kegigihan Israel dalam melancarkan agresi ini bukan hanya mengancam keamanan nasional Lebanon, tetapi juga berpotensi memperburuk situasi di kawasan. Tindakan ini dianggap bertentangan dengan perjanjian gencatan senjata yang sebelumnya telah disepakati.
Di tengah situasi yang semakin memanas, tentara Lebanon terus berupaya mengembalikan kondisi di wilayah selatan agar warga dapat kembali ke tempat tinggal mereka dengan aman. Sejumlah langkah telah dilakukan, seperti membersihkan daerah dari persenjataan peledak yang belum meledak, menyingkirkan puing-puing bangunan, serta membuka kembali akses jalan yang sebelumnya tertutup akibat serangan.
Selain itu, pihak militer juga terus memantau perkembangan situasi secara ketat dan mengambil langkah-langkah strategis guna mengantisipasi eskalasi konflik. Koordinasi dengan Komite Lima yang bertanggung jawab atas pengawasan perjanjian gencatan senjata serta Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) terus dilakukan untuk menjaga stabilitas di perbatasan.
Gencatan senjata yang rapuh telah diberlakukan di Lebanon sejak 27 November lalu setelah konflik lintas batas yang berlangsung selama beberapa bulan antara Israel dan kelompok Hizbullah meningkat menjadi peperangan skala penuh pada September. Namun, meski kesepakatan telah dicapai, laporan menunjukkan bahwa Israel masih terus melakukan pelanggaran.
Otoritas Lebanon melaporkan bahwa sejak perjanjian gencatan senjata mulai berlaku, Israel telah melakukan hampir 1.100 pelanggaran. Serangan ini menyebabkan setidaknya 84 orang kehilangan nyawa serta lebih dari 280 orang mengalami luka-luka.
Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, Israel seharusnya menarik seluruh pasukannya dari wilayah Lebanon selatan pada 26 Januari. Namun, batas waktu tersebut kemudian diperpanjang hingga 18 Februari akibat penolakan Israel untuk memenuhi kesepakatan. Hingga saat ini, pasukan Israel masih mempertahankan keberadaannya di lima pos perbatasan, yang semakin memperkeruh situasi di kawasan tersebut.
Dengan kondisi yang masih penuh ketegangan, Lebanon terus berupaya menekan komunitas internasional untuk memastikan Israel mematuhi ketentuan gencatan senjata. Langkah ini diharapkan dapat mengakhiri serangan yang telah menyebabkan penderitaan bagi warga sipil serta mengancam perdamaian regional.