
https://www.antaranews.com
Pojok Kini – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa membangun kembali layanan kesehatan di Lebanon bagian selatan dan timur merupakan prioritas yang mendesak setelah gencatan senjata tercapai antara Israel dan Lebanon. Hal ini disampaikan oleh perwakilan WHO di Lebanon, Abdinasir Abubakar, yang menyambut baik kesepakatan gencatan senjata yang telah ditandatangani pada Rabu, 27 November 2024. Abubakar menyebutkan bahwa perjanjian tersebut memberikan peluang yang sangat penting untuk mengatasi kebutuhan kemanusiaan yang sangat mendesak di wilayah yang baru saja mengalami dampak besar akibat peperangan.
Dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, Abubakar menegaskan bahwa sektor kesehatan di Lebanon menghadapi tantangan yang sangat besar. Ia menyebutkan bahwa sekitar satu juta orang kini telah kembali ke wilayah selatan dan timur Lebanon yang sebelumnya terdampak konflik. “Tantangan dalam sektor kesehatan sangat besar, dan dari sekarang hingga beberapa bulan ke depan, kita harus berupaya membangun kembali layanan kesehatan di wilayah yang terdampak konflik,” ujarnya.
Konflik ini telah mengakibatkan kerusakan yang parah pada infrastruktur dan sistem kesehatan di Lebanon. Otoritas kesehatan Lebanon melaporkan bahwa setidaknya 3.800 orang telah tewas akibat serangan Israel, dan lebih dari satu juta orang terpaksa mengungsi sejak Oktober 2023. Serangan terhadap fasilitas kesehatan juga menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi, dengan WHO mencatat bahwa sebanyak 160 serangan terjadi terhadap rumah sakit dan klinik di wilayah tersebut. Serangan-serangan ini menyebabkan lebih dari 240 orang meninggal dan ratusan lainnya terluka. Tak hanya itu, hampir 10 persen rumah sakit di Lebanon mengalami kerusakan parah, beberapa di antaranya terpaksa berhenti beroperasi, sementara lainnya hanya dapat berfungsi dengan terbatas.
Menurut pejabat WHO, Nabil Tabbal, situasi ini memberikan tantangan besar bagi pemulihan sektor kesehatan. Layanan kesehatan di daerah yang terkena dampak sangat membutuhkan perbaikan agar dapat melayani kebutuhan pengungsi yang kembali ke rumah mereka setelah lebih dari setahun peperangan. Abubakar menekankan pentingnya waktu yang tersedia melalui gencatan senjata ini untuk merencanakan upaya rekonstruksi yang diperlukan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Michael Ryan, turut memberikan perhatian pada gencatan senjata tersebut namun menekankan bahwa perhatian dunia harus segera beralih ke Gaza, yang juga tengah menghadapi situasi yang sangat buruk. “Fokus kini harus segera beralih ke Gaza. Sistem kesehatan di Gaza berada di bawah tekanan luar biasa,” ujar Ryan. Ia mengingatkan bahwa meskipun kemajuan telah tercapai di Lebanon, proses yang sama harus dicapai untuk Gaza sesegera mungkin.
Perang yang terjadi di Gaza telah menewaskan lebih dari 44.300 orang sejak serangan yang dilancarkan oleh kelompok Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Dampak dari gempuran Israel yang mengakibatkan kehancuran total di Gaza diperkirakan akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat dibenahi. Namun, meskipun upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza telah dilakukan, hingga kini belum ada kesepakatan yang tercapai.
Dengan kondisi ini, WHO terus mengingatkan pentingnya perhatian dunia terhadap pemulihan infrastruktur kesehatan di Lebanon, sambil tetap mendesak perhatian internasional untuk mengatasi krisis yang terjadi di Gaza. Sebagai langkah awal, rekonstruksi sektor kesehatan menjadi prioritas untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban jiwa akibat keterbatasan fasilitas medis yang dapat merawat mereka.