
Sumber: antaranews.com
Pojok Kini – Masyarakat Negeri Sepa, yang terletak di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, masih mempertahankan tradisi sahur bersama yang telah diwariskan secara turun-temurun. Kebiasaan ini tidak hanya menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat, tetapi juga mencerminkan nilai kebersamaan dan solidaritas yang kuat di antara warga.
Salah satu tetua Negeri Sepa, Rabeah Amahoru, mengungkapkan bahwa tradisi ini terus dijaga hingga saat ini. Menurutnya, sahur bersama dilakukan dengan cara makan bersama keluarga dan tetangga, berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya sepanjang bulan Ramadhan. Tradisi ini sudah ada sejak dahulu kala dan tetap dilestarikan oleh generasi penerus.
Bagi warga Negeri Sepa, sahur bersama bukan sekadar rutinitas makan, tetapi juga menjadi momen berharga yang menghadirkan kebahagiaan. Bahkan, mereka yang merantau sering kali merindukan suasana sahur seperti ini karena sulit ditemukan di tempat lain.
Dalam pelaksanaannya, makanan yang disiapkan akan diletakkan di atas dulang atau wadah panjang yang kemudian disantap bersama-sama. Sebelum makan, salah satu tetua keluarga akan membacakan doa sebagai bentuk rasa syukur. Menu yang disajikan beragam, tergantung pada selera dan ketersediaan bahan makanan di rumah masing-masing.
Keunikan dari tradisi ini terletak pada cara penyajian dan kebersamaannya. Makanan dihidangkan secara lesehan dalam dulang panjang, lalu disantap bersama tidak hanya oleh anggota keluarga tetapi juga oleh tetangga sekitar. Saling bertukar tempat untuk sahur sudah menjadi kebiasaan yang terus dilakukan dari tahun ke tahun.
Selain sahur bersama, ada pula tradisi lain yang masih terus dijaga oleh masyarakat Negeri Sepa selama bulan Ramadhan, yaitu rutinitas tadarus Al-Qur’an. Berbeda dengan daerah lain, di Negeri Sepa tadarus dilakukan di setiap rumah oleh kelompok anak muda dan orang tua.
Dalam proses tadarus, pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dilakukan oleh dua orang, di mana satu orang bertugas melantunkan ayat, sementara yang lainnya mengoreksi bacaan, termasuk tanda baca dan pelafalan yang benar. Cara ini dianggap efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an serta mempererat hubungan sosial antarwarga.
Setelah selesai membaca Al-Qur’an, tuan rumah akan menyajikan hidangan ringan bagi para peserta tadarus. Kudapan yang disuguhkan beragam, mulai dari kue-kue manis hingga makanan berat sebagai bentuk penghormatan kepada tamu.
Tradisi sahur bersama dan tadarus Al-Qur’an yang masih terus dijalankan ini menunjukkan bahwa masyarakat Negeri Sepa memiliki semangat gotong royong dan kebersamaan yang tinggi. Kebiasaan ini tidak hanya memperkuat hubungan sosial antarwarga, tetapi juga memperkokoh nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.