
Sumber: antaranews.com
Pojok Kini – Pertemuan politik tahunan yang dikenal sebagai “Dua Sesi” saat ini tengah berlangsung di Beijing, ibu kota China. Acara ini dihadiri oleh para deputi Kongres Rakyat Nasional (National People’s Congress/NPC) serta anggota Komite Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (Chinese People’s Political Consultative Conference/CPPCC) dari berbagai latar belakang. Kehadiran mereka bertujuan untuk menyumbangkan gagasan serta usulan demi kemajuan dan pembangunan negara.
Beragam isu menjadi perhatian dalam pertemuan tersebut. Beberapa di antaranya berkaitan dengan perkembangan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan (AI), sementara isu lainnya berfokus pada aspek kesejahteraan masyarakat, termasuk pendidikan wajib belajar. Sejumlah usulan yang telah diajukan kemudian dipublikasikan melalui media, sebelum didiskusikan lebih lanjut guna diperbaiki dan diimplementasikan.
Xu Lianhong, seorang perawat dari wilayah Zhongyang di Provinsi Shanxi, merupakan salah satu deputi yang berpartisipasi dalam pertemuan ini. Perjalanan hidupnya telah memberikan inspirasi bagi banyak perempuan di daerah pedesaan untuk mencari peluang kerja di luar rumah. Lebih dari satu dekade lalu, ketika suaminya jatuh sakit dan tidak dapat bekerja, Xu harus menghidupi keluarganya seorang diri. Berkat kerja kerasnya, ia berhasil meraih penghargaan sebagai “Pekerja Teladan” tingkat provinsi dan nasional. Dua tahun lalu, ia terpilih menjadi salah satu deputi NPC.
Xu menjelaskan bahwa para deputi serta anggota komite berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat pemerintah, akademisi, hingga pekerja di tingkat akar rumput seperti dirinya. Keberagaman ini memastikan bahwa suara masyarakat dari berbagai lapisan dapat tersampaikan dengan baik dalam pertemuan tersebut.
Seorang mahasiswa Indonesia bernama Harry Kurniawan, yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Shanxi, tertarik untuk memahami bagaimana kebutuhan masyarakat ditampung dan bagaimana usulan dalam pertemuan ini dapat mengubah kehidupan mereka. Untuk itu, ia memutuskan melakukan perjalanan ke pedesaan China guna melihat langsung kondisi yang ada. Dalam perjalanannya, ia turut mendampingi Xu Lianhong dalam melakukan penelitian lapangan untuk menyempurnakan usulan yang akan diajukan.
Di Desa Wujiazhuang, yang terletak di wilayah Zhongyang, Harry bersama Xu mengunjungi rumah-rumah penduduk serta pusat perawatan lansia. Mereka bertanya tentang kebutuhan sehari-hari para lansia dan menilai tingkat kepuasan mereka terhadap layanan makanan yang disediakan. Harry menyadari bahwa salah satu kendala utama yang dihadapi lansia dengan keterbatasan mobilitas adalah akses terhadap makanan bergizi. Di daerah tersebut, lansia berusia 70 tahun ke atas hanya perlu membayar 2 yuan per hari untuk mendapatkan makanan sehat. Menurutnya, kebijakan ini sangat menarik dan patut menjadi contoh bagi negara lain.
Selama bertahun-tahun bekerja di bidang perawatan lansia, Xu memahami berbagai tantangan yang dihadapi oleh kelompok ini, terutama di daerah pedesaan. Berdasarkan temuannya selama enam bulan terakhir, ia menemukan bahwa banyak lansia yang hidup dalam kondisi terisolasi serta mengalami penyakit kronis. Beberapa dari mereka bahkan mengalami kesulitan untuk mengakses pusat-pusat perawatan. Xu percaya bahwa masalah ini membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah serta masyarakat secara luas.
Dalam pertemuan “Dua Sesi” tahun ini, Xu secara khusus mengajukan usulan untuk mendorong lebih banyak lansia pedesaan agar mau pindah ke panti wreda, sehingga mereka bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik. Sebuah panti wreda dengan kapasitas 200 tempat tidur telah dibangun dan direncanakan akan mulai beroperasi dalam waktu dekat.
Selain itu, Xu juga mengusulkan percepatan pembangunan jalur kereta penumpang di wilayah pegunungan tempatnya tinggal. Menurutnya, jika infrastruktur transportasi diperbaiki, lebih banyak penduduk di kawasan tersebut akan memiliki akses yang lebih mudah untuk bepergian dan mencari pekerjaan di daerah lain. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan serta pendapatan masyarakat secara keseluruhan.
Selama perjalanannya, Harry juga mengetahui bahwa setelah suaminya jatuh sakit, Xu mengikuti program pelatihan perawat gratis yang didanai oleh pemerintah. Setelah memperoleh sertifikasi profesional, ia berhasil mendapatkan pekerjaan di Beijing dengan gaji yang meningkat dari 5.000 yuan menjadi hampir 10.000 yuan per bulan. Perubahan ini memberikan dampak besar bagi kehidupan keluarganya. Berkat dedikasinya, lebih dari 100 perempuan pedesaan lainnya mengikuti jejaknya untuk menjadi perawat.
Xu mengungkapkan bahwa sebagai deputi NPC, ia memiliki tanggung jawab besar untuk membantu lebih banyak orang. Usulannya dalam pertemuan “Dua Sesi” mencerminkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan lansia serta pembangunan infrastruktur yang lebih baik bagi masyarakat di daerah terpencil.
Harry merasa bahwa pengalamannya di pedesaan China telah memberikan wawasan baru mengenai sistem politik di negara tersebut. Ia juga semakin menghargai nilai-nilai tradisional China yang menekankan pentingnya kepedulian terhadap sesama.
Dengan melihat langsung bagaimana kebijakan dirancang dan diimplementasikan, ia berharap dapat berkontribusi bagi masyarakat di masa depan. Menurutnya, pengalaman ini memberinya inspirasi untuk turut serta dalam upaya meningkatkan kesejahteraan orang lain, baik di negaranya sendiri maupun di tingkat global.