16 Februari 2025
Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Desak Pemerintah Inggris Hentikan Ekspor Senjata ke Israel

https://www.antaranews.com

Pojok Kini – Pada Kamis (28/11), ribuan pengunjuk rasa pro-Palestina menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan Inggris di London. Dalam aksi tersebut, mereka menuntut agar pemerintah Inggris segera menghentikan ekspor senjata ke Israel, yang dianggap memperburuk krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

Demonstrasi ini merupakan bagian dari gelombang aksi solidaritas yang semakin besar terhadap rakyat Palestina. Para peserta aksi, yang sebagian besar membawa bendera Palestina, memblokir pintu masuk ke kedua kementerian tersebut sembari meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan embargo senjata total terhadap Israel. Mereka juga mengutuk peran Inggris dalam penyediaan senjata yang digunakan dalam operasi militer Israel di Gaza, yang telah menewaskan ribuan orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Aksi ini berlangsung dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian. Selain di depan Kementerian Luar Negeri, kelompok pro-Palestina juga menggelar unjuk rasa di depan Kementerian Bisnis dan Perdagangan Inggris. Mereka menuntut agar Inggris berhenti menjadi bagian dari apa yang mereka sebut sebagai genosida terhadap rakyat Palestina. Setidaknya dua orang dilaporkan ditangkap saat kelompok pengunjuk rasa memulai pawai mereka.

Salah seorang peserta demonstrasi, Micha, dalam wawancaranya dengan Anadolu, menyatakan bahwa pemerintah Inggris telah berperan dalam pelanggaran hukum internasional di Gaza. “Kami mengatakan cukup sudah. Kami menuntut embargo senjata total. Tidak ada lagi bisnis seperti biasa,” ujarnya. Micha menegaskan bahwa Inggris harus menghentikan semua transaksi militer dengan Israel yang berisiko memperburuk situasi kemanusiaan di Palestina.

Sementara itu, Dan, seorang demonstran yang juga seorang Yahudi, mengungkapkan penyesalannya atas kekerasan yang terjadi atas nama leluhurnya. Dalam keterangannya, Dan menyebutkan bahwa setiap sepuluh detik seorang anak di Gaza tewas akibat serangan militer. “Sebagai seorang Yahudi dan keturunan penyintas Holokaus, saya sangat menjunjung tinggi kalimat ‘tidak akan pernah lagi’. Kami harus menghentikan segala bentuk pengiriman senjata ke Israel,” tegas Dan.

Aksi ini mencuat setelah sebelumnya, pada 2 September 2024, pemerintah Inggris mengumumkan penangguhan 30 lisensi ekspor senjata ke Israel. Lisensi-lisensi ini meliputi komponen untuk pesawat tempur, helikopter, drone, dan perangkat yang digunakan untuk penargetan di darat. Penangguhan ini dilakukan setelah pemerintah Inggris melakukan tinjauan terkait kemungkinan penggunaan senjata tersebut dalam pelanggaran hukum humaniter internasional. Namun, lisensi untuk komponen dalam program jet tempur F-35 yang digunakan oleh Israel tetap dipertahankan.

Pemerintah Inggris memperingatkan adanya risiko serius bahwa ekspor senjata tertentu dari Inggris ke Israel dapat digunakan untuk melanggar hukum internasional, terutama terkait dengan konflik yang terus berlangsung di Gaza. Meski demikian, para pengunjuk rasa menilai penangguhan tersebut masih belum cukup dan mendesak agar Inggris menghentikan ekspor senjata secara keseluruhan.

Perang yang dilancarkan Israel di Gaza sejak Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 44.300 korban jiwa, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 104.000 orang juga dilaporkan terluka dalam konflik tersebut. Serangan yang berlangsung selama lebih dari satu tahun ini mendapat kecaman keras dari masyarakat internasional, dengan banyak negara dan organisasi yang menyebut tindakan Israel sebagai bentuk genosida. Selain itu, Israel juga tengah menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional terkait serangan dan blokade kemanusiaan yang terjadi di Gaza.

Demonstrasi di London ini mencerminkan meningkatnya ketegangan global terkait konflik di Gaza dan semakin besar dukungan terhadap Palestina dari berbagai kalangan. Masyarakat internasional terus mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk bertindak lebih tegas dalam menghentikan kekerasan dan melindungi hak asasi manusia di wilayah tersebut.

Dengan semakin meluasnya aksi-aksi solidaritas ini, harapan untuk tercapainya perdamaian yang adil bagi Palestina dan Israel semakin mendapatkan perhatian. Namun, tantangan besar masih ada di depan, terutama terkait dengan pengaruh kebijakan luar negeri negara-negara besar seperti Inggris dalam menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *