
Sumber: antaranews.com
Pojok Kini – Pemerintah Kanada memutuskan untuk menunda penerapan gelombang kedua tarif terhadap produk-produk asal Amerika Serikat hingga 2 April 2025. Pengumuman ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Kanada, Dominic LeBlanc, pada Kamis (6/3), setelah adanya keputusan serupa dari pemerintah AS.
Dalam pernyataannya yang disampaikan melalui media sosial, LeBlanc mengungkapkan bahwa AS telah sepakat untuk menangguhkan penerapan tarif terhadap ekspor Kanada yang termasuk dalam Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA). Dengan adanya keputusan tersebut, pemerintah Kanada akhirnya mengambil langkah serupa dengan menunda pemberlakuan tarif terhadap produk AS senilai 125 miliar dolar Kanada.
LeBlanc menjelaskan bahwa keputusan ini bersifat sementara, sementara kedua negara masih terus melakukan negosiasi guna menghapus tarif sepenuhnya. Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi ketegangan perdagangan yang sempat meningkat akibat kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden AS, Donald Trump.
Menteri Perindustrian Kanada, Francois-Philippe Champagne, menegaskan bahwa meskipun terjadi penundaan tarif oleh AS, langkah-langkah balasan dari Kanada tetap berjalan. Ia menyebutkan bahwa kebijakan terbaru AS yang menunda penerapan tarif terhadap beberapa produk Kanada dan Meksiko tidak serta-merta menghilangkan ancaman tarif sepenuhnya.
Dari laporan yang beredar di media setempat, diketahui bahwa lebih dari separuh produk impor asal Kanada tidak termasuk dalam perjanjian USMCA dan masih berisiko dikenakan tarif tambahan oleh AS. Oleh karena itu, menurut Champagne, tekanan terhadap AS harus tetap dipertahankan guna memastikan kepentingan perdagangan Kanada tidak dirugikan.
Ia juga mengutip pernyataan Perdana Menteri Kanada yang telah menyampaikan dengan jelas bahwa satu-satunya cara untuk mencapai hasil yang diinginkan adalah dengan tetap mempertahankan tekanan terhadap AS. Dengan demikian, Kanada diharapkan dapat memperoleh kesepakatan yang lebih menguntungkan dalam hubungan dagang antara kedua negara.
Keputusan Presiden Trump untuk menunda tarif ini diketahui diambil pada hari yang sama dengan pengumuman dari pemerintah Kanada. Pada Kamis (6/3), Trump secara resmi menandatangani perintah eksekutif yang menunda penerapan tarif terhadap barang-barang yang termasuk dalam USMCA.
Meskipun ada langkah positif dari AS dalam menunda tarif tersebut, hubungan perdagangan antara kedua negara masih menghadapi ketidakpastian. Kanada tetap bersikeras untuk melindungi industri dan ekonominya dari dampak kebijakan proteksionisme AS yang telah beberapa kali menciptakan ketegangan dalam perdagangan di kawasan Amerika Utara.
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan dagang antara Kanada dan AS kerap mengalami dinamika yang cukup kompleks. Sejak diberlakukannya perjanjian USMCA sebagai pengganti NAFTA, masih terdapat berbagai perdebatan mengenai implementasi dan dampaknya terhadap sektor industri di masing-masing negara.
Dengan adanya kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS, banyak pelaku bisnis di Kanada merasa khawatir bahwa sektor ekspor mereka akan mengalami gangguan. Oleh karena itu, keputusan untuk menunda gelombang kedua pemberlakuan tarif ini dianggap sebagai langkah yang diperlukan guna memberikan ruang negosiasi lebih lanjut antara kedua negara.
Meski demikian, tidak sedikit pihak yang berpendapat bahwa kebijakan penundaan ini hanyalah strategi sementara dari pemerintahan Trump untuk meredam kritik dari dalam negeri serta menjaga hubungan dagang dengan Kanada menjelang pemilu mendatang.
Ke depan, masih belum dapat dipastikan apakah tarif yang saat ini ditangguhkan akan benar-benar dihapus atau justru diberlakukan kembali setelah batas waktu 2 April berakhir. Kanada terus menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan kebijakan perdagangan yang adil dan seimbang, sembari tetap melakukan diplomasi agar ketegangan dagang dengan AS dapat diselesaikan dengan cara yang menguntungkan kedua belah pihak.
Jika negosiasi antara Kanada dan AS tidak mencapai kesepakatan yang diharapkan, maka pemberlakuan tarif tambahan terhadap produk AS mungkin akan kembali dipertimbangkan oleh pemerintah Kanada sebagai bentuk respons terhadap kebijakan AS yang dinilai merugikan.