22 Juni 2025
Jenderal Joseph Aoun Gelar Pertemuan dengan Jenderal AS Terkait Gencatan Senjata Israel-Lebanon

https://www.antaranews.com

Pojok Kini – Pada Kamis, 28 November 2024, Panglima Tentara Lebanon, Jenderal Joseph Aoun, melakukan pertemuan penting dengan Jenderal Jasper Jeffers dari Amerika Serikat. Jenderal Jeffers memimpin komite pengawas yang terdiri dari lima negara yang bertugas memantau pelaksanaan gencatan senjata yang baru antara Israel dan Lebanon. Pertemuan ini berlangsung di kantor Jenderal Aoun di kawasan Yarzeh, yang terletak tidak jauh dari ibu kota, Beirut.

Selama pertemuan tersebut, kedua pihak membahas berbagai isu terkait perkembangan terkini serta cara-cara untuk meningkatkan koordinasi antara kelompok-kelompok yang terlibat di wilayah Lebanon selatan dalam menjalankan gencatan senjata tersebut. Namun, rincian lebih lanjut mengenai isi pembicaraan ini tidak diumumkan secara resmi.

Gencatan senjata yang mulai berlaku pada 27 November 2024 ini menjadi penanda berakhirnya lebih dari 14 bulan pertempuran sengit antara tentara Israel dan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah. Kesepakatan gencatan senjata ini disusun dengan ketentuan bahwa Israel akan menarik pasukannya secara bertahap menuju garis perbatasan de facto yang dikenal sebagai Blue Line. Sementara itu, tentara Lebanon diharapkan dapat dikerahkan ke wilayah selatan negara tersebut dalam waktu 60 hari ke depan.

Penting untuk dicatat bahwa komite pengawas yang bertugas memonitor implementasi gencatan senjata ini terdiri dari lima entitas: Amerika Serikat, Prancis, Lebanon, Israel, dan Pasukan Interim PBB di Lebanon (UNIFIL). Meskipun komite ini memiliki peran vital dalam memastikan pelaksanaan gencatan senjata, belum ada informasi resmi yang mengungkapkan secara detail bagaimana mekanisme pelaksanaan perjanjian ini akan dijalankan oleh masing-masing negara anggota, termasuk operasi spesifik yang akan dilakukan oleh komite tersebut.

Situasi di Lebanon sendiri sangat memprihatinkan, dengan hampir 4.000 korban jiwa dan lebih dari 16.500 orang terluka akibat serangan yang dilancarkan oleh Israel sejak Oktober 2023. Selain itu, lebih dari satu juta orang terpaksa mengungsi akibat ketegangan yang melanda negara tersebut. Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya gencatan senjata yang baru disepakati untuk menghentikan kekerasan yang sudah berlangsung lama dan memberikan kesempatan bagi negara-negara yang terlibat untuk menemukan solusi damai.

Meskipun gencatan senjata ini memberikan secercah harapan bagi wilayah yang telah lama dilanda ketegangan, tantangan besar masih menanti dalam hal implementasi dan pengawasan perjanjian tersebut. Semua pihak berharap agar gencatan senjata ini dapat membawa kedamaian yang lebih tahan lama di kawasan tersebut, dan bahwa komite pengawas dapat menjalankan tugasnya dengan efektif untuk memastikan setiap ketentuan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *