16 Februari 2025
BI Pertahankan Suku Bunga di Tengah Gejolak Global, Fokus pada Stabilitas Rupiah

https://www.antaranews.com

Pojok Kini – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengumumkan keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2024. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap ketidakpastian global yang terus berlangsung, dengan prioritas utama menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Perry menjelaskan bahwa kebijakan ini juga didukung oleh proyeksi inflasi yang terkendali dan kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024 di Jakarta, Perry menegaskan bahwa kebijakan moneter akan terus diarahkan pada stabilitas sambil tetap membuka peluang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan. Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ekonomi global maupun domestik guna menentukan langkah kebijakan suku bunga berikutnya.

Selain itu, Bank Indonesia berkomitmen memperkuat kerja sama dengan pemerintah, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi sekaligus mempercepat transformasi menuju visi Indonesia Emas 2045. Dengan tantangan global yang masih berlanjut hingga 2025, Bank Indonesia mengadopsi kebijakan yang menggabungkan pendekatan stabilitas dan pertumbuhan, di mana setiap kebijakan akan diarahkan untuk mendukung daya tahan ekonomi nasional.

Bank Indonesia juga fokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah melalui berbagai langkah, seperti intervensi pasar valas secara spot dan forward, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Kebijakan lainnya mencakup pengelolaan devisa yang lebih terarah dengan memperluas instrumen Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE-SDA) untuk menarik lebih banyak eksportir. Bank Indonesia memastikan bahwa kecukupan cadangan devisa tetap terjaga untuk mendukung stabilitas ekonomi eksternal.

Dalam proyeksi 2025-2026, Perry optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh di tengah tantangan global. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,8-5,6% pada 2025 dan meningkat menjadi 4,9-5,7% pada 2026. Konsumsi rumah tangga juga diprediksi terus menguat, dari 4,5-5,3% pada 2025 menjadi 4,8-5,6% pada 2026, sementara investasi dan ekspor turut memberikan kontribusi signifikan. Perry menegaskan bahwa inflasi akan tetap terkendali di kisaran 2,5% ± 1% berkat sinergi kebijakan moneter dan fiskal, serta melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia menjadi salah satu aspek penting yang turut mendorong kinerja ekonomi. Perry memaparkan proyeksi pesatnya pertumbuhan transaksi digital, seperti QRIS yang diperkirakan mencapai Rp640 triliun pada 2025 dan Rp750 triliun pada 2026. Digital banking juga terus berkembang, dengan nilai transaksi yang diprediksi meningkat dari Rp103.900 triliun pada 2025 menjadi Rp153.700 triliun pada 2026. Uang elektronik dan transaksi BI-Fast pun menunjukkan tren pertumbuhan yang signifikan, mencerminkan semakin kuatnya ekosistem keuangan digital di Indonesia.

Di tengah tantangan global yang masih membayangi, Perry menyampaikan optimismenya terhadap daya tahan ekonomi Indonesia. Menurutnya, stabilitas nilai tukar rupiah, cadangan devisa yang memadai, serta fundamental ekonomi yang kuat menjadi pilar utama dalam menjaga kepercayaan investor dan daya saing nasional. Perry juga mengingatkan pentingnya sinergi lintas lembaga untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi sekaligus melindungi bangsa dari dampak gejolak global.

Melalui pendekatan kebijakan yang terarah dan sinergi yang kuat, Bank Indonesia berkomitmen tidak hanya menjaga stabilitas tetapi juga mendukung transformasi menuju Indonesia yang lebih tangguh dan berdaya saing di masa depan. Optimisme dan kerja sama menjadi kunci menghadapi tantangan global sekaligus menciptakan peluang baru bagi perekonomian nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *